Keluarga Besar Kodim 1305/BT Mengucapkan Dirgahayu RRI ke - 78, 11 September 1945 - 11 September 2023 "TRANSFORMASI MULTIPLATFORM UNTUK INDONESIA MAJU"
*Hari Radio Nasional diperingati setiap 11 September. Selain diperingati sebagai Hari Radio Nasional, pada tanggal yang sama juga diperingati sebagai hari ulang tahun Radio Republik Indonesia (RRI), yang berdiri tahun 1945.*
Radio adalah salah satu media massa satu arah yang memiliki peran menyampaikan pesan berupa berita, informasi, dan hiburan kepada masyarakat dengan jangkauan yang luas. Radio telah melalui proses perkembangan yang cukup lama sebelum menjadi media komunikasi massa seperti sekarang ini.
Di antara beberapa media seperti televisi dan media cetak, radio memiliki beberapa keunggulan di antaranya dapat diakses secara mudah. Radio juga tidak memerlukan keterampilan dari pendengar seperti keterampilan membaca, karena radio bersifat imajinatif. Dengan radio, masyarakat bisa memperoleh informasi dengan cepat dan murah.
Melansir situs rri.co.id, siaran radio pertama di Indonesia (Nederlands Indie-Hindia Belanda) adalah Bataviase Radio Vereniging (BRV) yang disiarkan di Jakarta (Batavia), tepatnya di Hotel des Indes. Radio pertama ini resmi didirikan pada 16 Juni di Jakarta Pusat (Weltevreden).
Perjalanan siaran radio di Indonesia terus berkembang dari masa ke masa. Pada masa penjajahan Jepang yang dimulai 1942, radio-radio siaran Jepang mulai berkumandang. Jepang mengambil alih stasiun radio yang sebelumnya dimiliki Belanda.
Bahkan, jawatan radio swasta yang menjamur di era kolonial Belanda juga dibekukan. Kemudian disatukan dalam satu komando bernama Hoso Kanri Kyoku yang berpusat di Jakarta, dan memiliki cabang bernama Hoso Kyoku di Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.
Sementara itu, laman resmi KPI menjelaskan RRI didirikan satu bulan setelah dihentikannya siaran radio Hoso Kyoku pada 19 Agustus 1945. Akibatnya, masyarakat pada saat itu menjadi buta informasi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Indonesia merdeka.
Sebab, radio menjadi alat komunikasi yang sangat penting saat itu. Hal itu diperparah ketika radio-radio luar negeri mengabarkan bahwa tentara Inggris yang mengatasnamakan sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera.
Radio-radio luar negeri juga mengabarkan bahwa tentara Inggris akan melucuti tentara Jepang dan menjaga keamanan di wilayah Indonesia sampai pemerintahan Belanda dapat menjalankan kekuasaannya kembali. Dari berita-berita tersebut juga diketahui sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia dan Belanda dikabarkan akan mendirikan Netherlands Indie Civil Administration (NICA).
Berdasarkan hal tersebut, orang-orang yang pernah aktif terlibat di radio pada masa penjajahan Jepang sadar bahwa rakyat memerlukan siaran radio untuk menerima informasi. Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi, kemudian mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta.
Pada 11 September 1945, mereka berkumpul pada pukul 17.00 di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon dan diterima oleh sekretaris negara. Pada pertemuan tersebut, Abdulrahman Saleh selaku ketua delegasi menyampaikan beberapa hal penting.
Salah satunya mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat. Mengingat tentara sekutu rencananya tiba di Jakarta pada akhir September 1945. Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat terjadi pertempuran.
Sebagai modal operasional, delegasi radio menyarankan pemerintah menuntut Jepang agar bisa menggunakan studio dan pemancar-pemancar radio Hoso Kyoku. Namun, sekretaris negara dan para menteri keberatan karena alat-alat tersebut telah terdaftar sebagai inventaris sekutu.
Pada akhir pertemuan, Abdulrachman Saleh membuat kesimpulan agar dibentuk Persatuan Radio Republik Indonesia yang meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa. RRI dipersembahkan sebagai alat komunikasi rakyat, serta mengimbau agar semua hubungan pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdulrachman Saleh.
Kemudian delegasi enam stasiun radio di Jawa mengadakan rapat di rumah Adang Kadarusman pada pukul 24.00. Para delegasi yang hadir dalam rapat adalah Soetaryo dari Purwokerto; Soemarmad dan Soedomomarto dari Yogyakarta; Soehardi dan Harto dari Semarang.
Ada Maladi dan Soetardi Hardjolukito dari Surakarta; serta Darya, Sakti Alamsyah, dan Agus Marahsutan dari Bandung; sedangkan dua daerah lainnya, Surabaya dan Malang tidak ikut serta karena tidak adanya perwakilan. Rapat itu menghasilkan keputusan didirikannya RRI dengan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpinnya.
Begitulah sedikit ulasan mengenai sejarah berdirinya RRI yang menjadi cikal bakal peringatan Hari Radio Nasional yang diperingati setiap tahun.
Dirgahayu RRI ke - 78,
"Semoga Semakin Profesional & Sukses selalu"
Posting Komentar